HOME SKRIPSI MAKALAH SOFTWARE NUPTK NISN FACEBOOK MUSIK

Pengertian Siklus Belajar

BAB I
Pendahuluan
Tubuh tumbuhan terdiri atas banyak sel, sel-sel itu pada tempat tertentu membentuk jaringan. Jaringan adalah sekelompok sel yg mempunyai struktur & fungsi sama & terikat oleh bahan antar sel membentuk suatu kesatuan. Sedangkan sekelompok jaringan yang bekerja bersama melaksanakan fungsi tertentu disebut dengan organ.
Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Pengembangan model ini pertama kali dilakukan oleh Science Curriculum Improvement Study (SCIS) pada tahun 1970-1974. Model ini dilandasi oleh pandangan kontruktivisme dari Piaget yang berangapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu dibangun sendiri oleh anak dalam struktur kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya. Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi, yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Siklus belajar pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1998).
Alasan Menggunakan Siklus Belajar (Learning Cylce)
Siklus belajar patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi : struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi (Arifin, 1995). Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada konsisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah. Karplus dan Their (dalam Renner et al, 1988) mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini pembelajar diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam Siklus Belajar (abraham et al, 1986).

BAB II
RUMUSAN MASALAH
A. Bagian bagian Jaringan Tumbuhan
B. Model Siklus Belajar

BAB III
PEMBAHASAN
A. Macam Jaringan Tumbuhan:
Dibagi menjadi 2; yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.
a. Jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu terus menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh.  biasanya sel muda yg belum mengalami diferensiasi & spesialisasi.
Mempunyai ciri:
- berdinding tipis;
- banyak mengandung protoplasma;
- vakuola kecil;
- inti besar;
- plastida belum matang.
 umumnya berbentuk sama ke segala arah, seperti kubus.
Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada 3 macam meristem:
- Meristem apikal (ujung): terdapat di ujung batang & ujung akar;
- Meristem interkalar (antara): terdapat di antara jaringan dewasa (misal: pada pangkal ruas rumput);
- Meristem lateral (samping): terdapat pada kambium pembuluh & kambium gabus.
Berdasarkan asal terbentuknya:
- Meristem Primer: meristem yang berkembang dari sel embrional  merupakan lanjutan dari kegiatan embrio / lembaga  merupakan pertumbuhan primer pada tumbuhan.
Contoh: pada kuncup ujung akar dan kuncup ujung batang. (merupakan pertumbuhan primer pada tumbuhan). Dibedakan menjadi daerah-daerah sel yang berbeda-beda.
 Daerah meristematik di belakang promeristem mempunyai 3 jaringan meristem, yaitu protoderma, prokambium, & meristem dasar. Protoderma akan membentuk epidermis, prokambium akan membentuk jaringan ikatan pembuluh primer (xilem&floem) serta kambium. Meristem dasar akan membentuk jaringan dasar tumbuhan yang mengisi empulur dan korteks seperti parenkima, kolenkima, & sklerenkima.
- Meristem Sekunder: Meristem yang berkembang dari jaringan dewasa yang telah mengalami diferensiasi & spesialisasi (sudah terhenti pertumbuhannya) tetapi jadi embrional kembali. (hanya dimiliki oleh tumb. dikotil)
Contoh: kambium gabus yang pada batang dikotil & Gymnospermae dapat dibentuk dari sel2 korteks di bawah epidermis.  berada di antara berkas pengangkut (xilem & floem). Sel kambium aktif membelah; ke arah dalam membentuk xilem sekunder & ke arah luar membentuk floem sekunder. Akibatnya batang tumbuhan (dikotil) semakin besar, sebaliknya monokotil tidak mempunyai meristem sekunder, sehingga batangnya tidak dapat membesar (tdk ada meristem sekunder).
b. Jaringan Dewasa (jaringan permanen) adalah jaringan yang terbentuk dari hasil diferensiasi & spesialisasi dari sel-sel hasil pembelahan meristem. sudah tidak mengalami pertumbuhan / sementara berhenti pertumbuhannya.
Terdiri atas:
i. Epidermis:
Merupakan jaringan terluar tumbuhan, terdiri dari selapis sel yang pipih & rapat (tidak ada ruang antar sel). Fungsinya sebagai: pelindung jaringan di dalamnya serta sebagai tempat pertukaran zat.
- Jaringan epidermis daun:
 pada atas & bawah daun dan tidak berklorofil, kecuali pada sel penjaga (penutup) stomata. Dan terjadi penebalan pada permukaan daun yg tersusun dari zat kutin, dan dikenal sebagai kutikula  daun nangka; ada pula yang membentuk lapisan lilin u/ melindungi daun dari air  daun keladi / pisang; ada pula yang mempunyai bulu2 halus pada permukaan bawah daun sebagai alat perlindungan  daun durian.
Dan pada permukaan bawah daun terdapat modifikasi epidermis untuk jalan pertukaran gas (stomata / mulut daun)  merupakan epidermis yang dibatasi oleh 2 sel penutup / sel panjaga.
- Jaringan epidermis batang:
 membentuk lapisan tebal yg dikenal sebagai kutikula (membentuk bulu u/ perlindungan).
- Jaringan epidermis akar:
 berfungsi sebagai pelindung & tempat terjadinya difusi osmosis  (air dan mineral meresap melalui epidermis akar); terdapat rambut tanah untuk menyerap air tanah.
ii. Parenkim:
 terdapat di sebelah dalam jaringan epidermis sampai ke empulur. Tersusun atas sel-sel yang bersegi banyak dan terdapat ruang antar sel. Parenkima disebut jaringan dasar, menjadi tempat bagi jaringan-jaringan yang lain. Misal pada daun, batang & akar, serta mengitari jaringan lainnya seperti xilem & floem.
 Berfungsi sebagai: jaringan penghasil & penyimpan cadangan makanan. Parenkima penghasil makanan adalah parenkima yang memiliki kloroplas (u/ fotosintesis) dan biasa disebut kolenkima. Lalu, hasil fotosintesisnya diangkut ke parenkima batang / akar, dan disana disusun kembali menjadi bahan organik lain yg lebih kompleks (tepung, protein, lemak). Parenkima batang & akar sebagai penyimpan pati sebagai cadangan makanan; misal: ubi jalar;  Selain itu ada pula yang menyimpan cadangan makanan pada kotiledon (daun lembaga biji) seperti pada kacang buncis.
Jaringan penguat:
Untuk memperkokoh tubuhnya jaringan ini juga disebut sebagai jaringan mekanik.
Ada 2 macam jaringan penguat: kolenkima & sklerenkima:
a. Kolenkima:
Merupakan sel hidup & mempunyai sifat mirip dengan parenkima.  tidak mengandung kloroplas, terletak umumnya di bagian dekat permukaan dan di bawah epidermis pada batang, tangkai daun, tangkai bunga, & ibu tulang daun.
Dinding selnya mengandung selulosa, pektin, dan hemiselulosa; tetapi mengalami penebalan yang tidak merata; penebalan terjadi pada sudut2 sel  disebut kolenkima sudut.
 Berfungsi sebagai: penyokong pada bagian tumbuhan muda yang sedang tumbuh dan pada tumbuhan herba.
b. Sklerenkima:
Terdiri dari sel2 mati. Dinding selnya sangat tebal, kuat dan mengandung lignin (komponen utama kayu);  mempunyai penebalan primer dan kemudian sekunder (oleh zat lignin).
Menurut bentuknya sklerenkima dibagi 2:
- Serabut sklerenkima  berbentuk benang panjang;
- Sklereida (sel batu)  dindingnya keras; terdapat pada berkas pengangkut, di antara sel2 parenkima, korteks batang, tangkai daun, akar, buah, & biji;  seringkali menyusun kulit biji.
 Berfungsi sebagai: menguatkan bagian tumbuhan yang sudah dewasa; serta melindungi bagian2 lunak yang lebih dalam seperti pada kulit biji jarak, buah kenari, & tempurung kelapa.
c. Jaringan gabus:
Disebut juga periderma, merupakan jaringan pelindung yang dibentuk secara sekunder, menggantikan epidermis batang & akar yang telah menebal akibat pertumbuhan sekunder.
 Tersusun dari: felogen (kambium gabus)  membentuk felem (gabus) ke arah luar & feloderma ke arah dalam.
 Felogen dapat dihasilkan oleh epidermis, parenkima di bawah epidermis, kolenkima, perisikel/parenkima floem, bergantung pada spesies tumbuhannya;  berbentuk segi empat/segi banyak; bersifat meristematis. Sel2 gabus dewasa berbentuk hampir prisma, mati, dan dinding selnya berlapis suberin (sejenis seluloda yang berlemak).
 Feloderma: menyerupai sel parenkima, berbentuk kotak, dan hidup.
Berfungsi sebagai: Pelindung tumbuhan dari kehilangan air. (Dan ada yang dimanfaatkan untuk tutup botol)
B. Model Siklus Belajar
Pengertian Siklus Belajar (Learning Cycle)
Fase-fase Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
Dalam pembelajaran model siklus belajar (learning cycle) terdapat 3 fase penting yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep.
Pada fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi materi secara bebas. Siswa melakukan berbagai kegiatan ilmiah seperti mengamati, membandingkan, mengelompokkan, menginterpretasikan dan yang lainnya, sehingga menemukan konsep-konsep penting sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Ada kalanya konsep yang ditemukan sudah sesuai dengan konsepsi awal mereka sehingga langsung diasimilasikan ke dalam struktur kognitifnya tetapi ada juga konsep yang tidak sesuai sehingga menimbulkan konflik kognitif. Melalui diskusi dan bertanya pada teman maupun guru, siswa mengakomodasi konsep tersebut untuk dapat diasimilasikan. Dengan cara demikian siswa mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Pada fase ini aktivitas kebanyakan dilakkan oleh siswa sedang guru hanya memberikan orientasi tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan kegiatan siswa, memberikan motivasi, serta mengidentifikasi dan membimbing siswa yang mengalami konflik kognitif. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan guru membimbing siswa mengumpulkan data untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari. Disinilah guru mempunyai banyak peluang untuk melatih keterampilan proses dan sikap ilmiah para siswa sesuai dengan apa yang ditargetkan dalam rencana pembelajaran.
Pada fase pengenalan kosnep peran guru lebih dominan. Dengan menggunakan metode yang sesuai, guru membantu siswa mengidentifikasi konsep, prinsip, dan hukum-hukum yang berhubungan dengan pengalaman pada fase eksplorasi.
Dalam tahap ini guru berperan lebih tradisional. Guru mengumpulkan informasid ari murid-murid yang berkaitan dengan pengalaman mereka dalam eksplorasi. Bagian pelakaran ini merupakan waktu untuk menyusun pembendaharaan kata. Materi-materi seperti buku, alat pandang dengar dan materi tertulis lainnya diperlukan untuk penyusunan konsep.
Fase terakhir adalah penerapan konsep. Pada fase ini siswa diminta untuk menerapkan konsep yang baru mereka pahami untuk memecahkan masalah-masalah dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini guru bertugas untuk menyiapkan berbagai kegiatan atau permasalahan yang relevan dengan konsep yang sedang dibahas.
Pada fase ini, peserta didik diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkakan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena peserta didik mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Dengan menggunakan pendekatan siklus/daur belajar, dapat diciptakan kesempatan untuk memberikan pengalaman fisik, interaksi sosial, danr euglasi sendiri. Dengan kata lain, dengan menggunakan pendekatan ini dapat diciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang menginkorporasikan tiga variabel yang berperanan dalam pembentukan konsep. Tahap eksplorasi memberikan murid-murid pengalaman fisik dan interaksi sosial. Pengalaman ini mendorong asimilasi atau mungkin menyebabkan murid untuk bertanya tentang pemikiran mereka mengenai konsep tertentu, menciptakan disekuilibrasi. Pengalaman fisik juga membantu murid dalam menumbuhkan image mental dari gagasan baru atau istilah-istilah baru yang disampaikan dalam tahap pengenalan konsep.
Karena gagasan-gagasan atau istilah-istilah baru disampaikan dalam pengenalan konsep, murid-murid mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan gagasan baru dan dengan guru serta dengan teman. Interaksi ini cukup untuk membantu murid mengasimilasi atau mengakomodasi gagasan tertentu.
Tahap penerapan konsep mendorong interaksi fisik dan sosial tambahan dengan memberikan kesempatan mereka untuk menggunakan agasan-gagasan dan istilah-istilah baru ini dalam situasi yang berbeda. Pengalaman-pengalaman ini membantu menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama tahap eksplorasi dan pengenalan konsep, memberikan kesempatan tambahan untuk terjadinya regulasi sendiri.
Di samping yang telah disebutkan di atas, tahap penerapan konsep ini penting bagi beberapa murid untuk memperluas penerapan konsep baru tersebut. Tanpa adanya berbagai macam variasi penerapan konsep, makna konsep itu akan tinggal terbatas pada contoh yang dibicarakan saja. Sebagai tambahan, kegiatan penerapan konsep membantu murid-murid yang pembentukan konsepnya berjalan lambat dari pada murid-murid lainnya. Dan akhirnya, penerapan konsep memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk menemukan penerapan konsep sendiri dalam konteks yang baru.
Dengan perhatian tetap diarahkan pada murid-murid, variabel pembentukan konsep (kematangan fisik) dapat juga diakomodasi dengansiklus belajar. Menurut para pakar teori kognitif, murid-murid hanya dapat menginternalisasi konsep bilamana mereka telah “siap mental”. Oleh karena itu, dengan pemilihan konsep-konsep/topik yang tepat dari masing-masing pelajaran, murid-murid dapat diberi pengalaman-pengalaman belajar yang cocok dengan kemampuan penalarannya.
Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar (Learning Cycle)
Ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000).
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2. Menurut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
Cara Mengupayakan Lingkungan Belajar Agar Siklus Belajar Berjalan Optimal
Agar tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan dalam setiap fase-fase harus dirangkai dengan baik. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih efektif bila dikuasai melalui kegiatan semacam praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar siklus belajar berlangsung konstruktivistik menurut Hadojo (2001) adalah :
1. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
2. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
4. Tersedianya media pembelajaran.
5. Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Tisno H, Saroso Purwadi.1995.Daur Belajar Bidang IPA.Jakarta
http://lubisgrafura.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger